Kerajaan Islam di Indonesia (Nusantara) dan Sejarahnya – Menurut berbagai sumber sejarah, agama Islam masuk pertama kalinya ke nusantara sekitar abad ke 6 Masehi. Saat kerajaan-kerajaan Islam masuk ke tanah air pada abad ke 13, berbagai kerajaan Hindu Budha juga telah mengakhiri masa kejayaannya.
Kerajaan Islam di Indonesia yang berkembang saat itu turut menjadi bagian terbentuknya berbagai kebudayaan di Indonesia. Kemudian, salah satu faktor yang menjadikan kerajaan-kerajaan Islam makin berjaya beberapa abad yang lalu ialah karena dipengaruhi oleh adanya jalur perdagangan yang berasal dari Timur Tengah, India, dan negara lainnya.
Semakin
berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia sekitar abad ke 13 juga
didukung oleh faktor lalu lintas perdagangan laut nusantara saat itu. Banyak
pedagang-pedagang Islam dari berbagai penjuru dunia seperti dari Arab, Persia,
India hingga Tiongkok masuk ke nusantara.
Para
pedagang-pedagang Islam ini pun akhirnya berbaur dengan masyarakat Indonesia.
Semakin tersebarnya agama Islam di tanah air melalui perdagangan ini pun turut
membawa banyak perubahan dari sisi budaya hingga sisi pemerintahan nusantara
saat itu.
Munculnya berbagai kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang tersebar di nusantara menjadi pertanda awal terjadinya perubahan sistem pemerintahan dan budaya di Indonesia. Keterlibatan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia juga turut berperan dalam tersebarnya agama Islam hingga ke seluruh penjuru tanah air.
1. Kerajaan Samudera Pasai
Pada tahun 1267, kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik Al Saleh. Sultan Malik Al Saleh adalah putra dari Muhammad Amir Syah yang adalah pemimpin Kerajaan Perlak. Ketika itu, Samudera Pasai bisa dikatakan sebagai gabungan dari Kerajaan Perlak dan Kerajaan Pase.
Kerajaan ini menjadi salah satu kerajaan yang paling sukses di Nusantara. Hal ini disebabkan karena Kerajaan Samudera Pasai menjadi satu dari lokasi pusat perdagangan rempah-rempah. Dengan demikian, kerajaan ini sering didatangi oleh pedagang-pedagang dari Arab, India, Persia, bahkan Tiongkok.
Samudera
Pasai mengeluarkan alat tukar resmi berupa mata uang dirham atau emas murni.
Kerajaan ini runtuh pada tahun 1521 karena konflik internal berupa perebutan
kekuasaan dan perang saudara.
2. Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan
Islam pertama di Nusantara selanjutnya adalah Kerajaan Aceh Darussalam. Letak
kerajaan ini adalah di Sumatera bagian utara, yang masih dekat dengan jalur
perdagangan dan pelayaran internasional.
Mirip
seperti Samudera Pasai, kerajaan ini juga berkembang pesat karena letaknya yang
cukup strategis. Sultan pertamanya adalah Sultan Ali Mughayat Syah. Puncak
kejayaan kerajaan berlangsung di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda.
Saat itu,
Kerajaan Islam Aceh berkembang sebagai penghasil lada. Dari situlah perdagangan
di Aceh terkenal di berbagai negara. Namun, kepemimpinan Sultan Iskandar Muda
juga mengalami kemunduran seiring berjalannya waktu.
Kepemimpinan
kemudian diteruskan oleh Sultan Iskandar Thani. Sayangnya, kepribadian dan
kecakapan Iskandar Thani tidak sama seperti Iskandar Muda. Kerajaan ini runtuh
disebabkan juga oleh kekalahan mereka saat melawan Portugis di Malaka.
Oleh
karena itu, beberapa daerah yang ditaklukan kerajaan ikut melepaskan
diri.Daerah ini meliputi Perlak, Johor, Minangkabau, Pahang, dan Siak.
3. Kerajaan Demak
Kerajaan
Islam pertama yang berdiri di Jawa adalah Kerajaan Demak. Kerajaan ini
didirikan pada tahun 1478 oleh Raden Patah. Kerajaan ini juga berkembang
sebagai pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam.
Penyebaran
saat itu mendapatkan pengaruh besar dari para wali yang ada di pulau Jawa dan
di luar pulau Jawa, seperti Kalimantan Timur dan Maluku. Pada masa pemerintahan
Raden Patah, kerajaan mendirikan sebuah masjid yang pembangunannya juga dibantu
oleh para sunan atau wali.
Kebudayaan
yang berkembang di wilayah kerajaan juga mendapatkan dorongan dari para wali,
khususnya Sunan Kalijaga. Kehidupan masyarakat juga sudah diatur berdasarkan
aturan Islam, tapi tetap berdasarkan pada tradisi lama mereka.
Puncak
kejayaan Kerajaan Islam Jawa ini berlangsung di bawah pemerintahan Sultan
Trenggono. Saat itu, daerah kekuasaan kerajaan mencapai Banten, Cirebon, dan
Sunda Kelapa. Kerajaan ini kemudian mengalami kemunduran di bawah pemerintahan
Sultan Prawoto.
Faktor kemunduran ini disebabkan karena adanya perebutan kekuasaan. Peninggalan yang populer dari kerajaan ini adalah makam Sunan Kalijaga, Masjid Agung Demak, Dampar Kencana, Lawang Bledek, Surya Majapahit, dan Soko Guru.
4. Kerajaan Islam Pajang
Kerajaan Pajang adalah kerajaan yang berdiri sesudah keruntuhan Kerajaan Demak. Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir. Saat itu, Jaka Tingkir mengalihkan semua kekuasaan dan benda-benda pusaka dari Kerajaan Demak menuju Pajang.
Kerajaan
ini juga berperan penting dalam menyebarkan ajaran Islam di wilayah-wilayah
pedalaman Jawa. Keberhasilannya membuat daerah kekuasaan semakin meluas hingga
Blora, Madiun, dan Kediri.
Peninggalan yang populer dari kerajaan ini adalah makam Jaka Tingkir dan kompleks makam pejabat-pejabat Kerajaan Pajang.
5. Kerajaan Islam Mataram
Kerajaan
ini berdiri di Kotagede, Yogyakarta pada tahun 1588. Kerajaan ini didirikan
oleh dua tokoh, yakni Ki Ageng pemanahan dan Ki Ageng Sela. Kerajaan ini
berdiri sebagai hadiah dari Kesultanan Pajang untuk Ki Ageng Pemanahan karena
jasanya.
Raja pertama bernama Raden Mas Sutawijaya alias Panembahan Senopati. Ia adalah anak laki-laki Ki Ageng Pemanahan. Puncak kejayaan Mataram Islam berlangsung di bawah kepemimpinan Sultan Agung.
Saat itu, Sultan Agung hampir menguasai semua tanah Jawa dan membantu melawan VOC bersama kerajaan Cirebon dan Kerajaan Banten. Prestasi Sultan Agung yang lain adalah berhasil menyusun kitab undang-undang Surya Alam dan mampu menundukkan bupati yang tidak mengakui kekuasaan Pusat Kerajaan Mataram.
Kerajaan Mataram runtuh karena konflik internal yang membagi wilayah kekuasaan. Pada masa ini, kamu bisa melihat wilayah kekuasaan itu terbagi menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Pembagian wilayah kekuasaan ini tertulis di dalam perjanjian Giyanti.
6. Kerajaan Islam Cirebon
Kesultanan
Cirebon adalah kesultanan Islam yang ternama pada abad ke-15 dan 16 di wilayah
Jawa Barat. Saat itu, Cirebon juga termasuk ke dalam lokasi perdagangan antar
pulau yang strategis. Kesultanan ini didirikan oleh Sunan Gunung Jati.
Sebelum Kesultanan didirikan, ia sudah terlebih dahulu menyebarkan agama Islam di tanah Pasundan. Sunan Gunung Jati juga telah berkelana ke Pasai dan Mekkah. Ia pun berhasil mengalahkan Kerajaan Padjajaran yang masih bercorak Hindu saat itu.
7. Kerajaan Islam Banten
Berikutnya
adalah Kerajaan Banten yang berdiri di ujung pulau Jawa bernama Banten.
Penyebaran Islam di wilayah kerajaan ini dimulai saat Fatahillah berhasil
merebut Banten.
Penyebaran Islam berlangsung dengan baik karena adanya pengaruh dari pedagang-pedagang asing dari Persia, Gujarat, Turki dan sebagainya. Pemimpin pertama kerajaan ini adalah Hasanuddin yang merupakan anak laki-laki dari Fatahillah.
Raja
berikutnya adalah Maulana Muhammad dan Abu Mufakir. Saat masa pemerintahan Abu
Mufakir, Cornelis de Houtman yang memimpin Belanda saat itu mendarat di Banten.
Kerajaan ini berhasil melawan VOC yang memonopoli kegiatan perdagangan.
Perlawanan
tersebut dipimpin oleh seorang yang terkenal di kerajaan, yakni Sultan Ageng
Tirtayasa. Kerajaan ini juga runtuh karena adanya perang saudara oleh putra
Sultan Ageng Tirtayasa yang merebut jabatan ayahnya.
Namanya
adalah Sultan Haji yang berperang dengan bantuan VOC sehingga Kerajaan Banten
runtuh. Peninggalan yang populer dari kerajaan ini adalah Masjid Agung Banten
yang pembangunannya dilakukan sekitar abad 16.
8. Kerajaan Islam Ternate
Berdasarkan
catatan sejarah, kerajaan ini sudah berdiri sejak abad 13. Kerajaan ini
terletak di Maluku Utara dan ibukotanya adalah Simpalu. Penyebaran agama Islam
di wilayah kerajaan dipengaruhi oleh ulama-ulama yang datang dari Jawa, Melayu,
dan Arab.
Kerajaan
Ternate resmi memeluk agama Islam sesudah Raja Zainal Abidin mempelajari agama
Islam dari Sunan Giri. Puncak kejayaan kerajaan berlangsung di bawah
kepemimpinan Sultan Baabullah, yaitu anak dari Sultan Harun yang pernah juga
memimpin kerajaan ini.
Wilayah kerajaan juga menjadi pusat perdagangan rempah-rempah, sehingga banyak pedagang dari berbagai belahan dunia yang singgah di wilayah kerajaan.
9. Kerajaan Islam Tidore
Selanjutnya
adalah Kerajaan Tidore yang menguasai sebagian daerah di Pulau Halmahera dan
Pulau Seram. Kerajaan ini resmi memeluk agama Islam pada sekitar abad 15.
Sultan Tidore yang pertama kali menganut agama Islam adalah Cirali Lijitu.
Ia menyandang gelar Sultan Jamaludin. Sultan Jamaludin menganut Islam atas pengaruh Syekh Mansyur. Kerajaan ini juga terkenal di bidang ekonomi dan perdagangannya, khususnya di sektor rempah-rempah.
Berdasarkan sumber sejarah, kerajaan ini mempunyai persekutuan bernama Uli Siwa. Wilayah Uli Siwa terdiri atas Halmahera, Kai, Makyan, Jailolo, dan pulau-pulau lain yang terletak di bagian timur Maluku.
10. Kerajaan Islam Makassar
Kerajaan Makassar berdiri di Sulawesi Selatan pada abad 16. Kerajaan ini adalah dua kerajaan yang terpecah, yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo. Perselisihan tersebut ternyata semakin membaik karena masuknya agama Islam ke wilayah Sulawesi.
Penyebaran
agama Islam berkembang dengan pesat, dengan bantuan tokoh-tokoh agama dari
Minangkabau. Nilai-nilai Islam juga diperkenalkan kepada masyarakat sampai
petinggi-tinggi kerajaan.
Letak Kerajaan Makassar pun terbilang sangat strategis karena ada di jalur pelayaran antara Malaka dan Maluku. Lokasi strategis ini membuat para pedagang tertarik untuk singgah ke wilayah kerajaan. Masa kejayaan Kerajaan Makassar berlangsung di bawah kepemimpinan Sultan Hasanuddin.